Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Cara Sunat yang Baik dan Aman



FEMINIA-Sunat adalah prosedur medis yang dianjurkan pada setiap laki-laki. Berikut cara sunat yang paling baik, aman, dan direkomendasikan secara medis.

Sunat atau dikenal juga dengan khitan adalah prosedur bedah minor yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu di seluruh dunia. Istilah medis mengenal sunat dengan nama sirkumsisi.

Sunat bertujuan untuk mengangkat atau membuang jaringan kulit yang menutupi ujung penis atau kulup. Pengangkatan jaringan ini baik untuk mengurangi risiko infeksi saluran kemih, kanker penis, peradangan penis, HIV, dan penyakit menular seksual lainnya.

"Selain kewajiban dalam agama Islam, sunat bermanfaat untuk kesehatan," kata dokter spesialis urologi Arry Rodjani dalam diskusi media, Rabu (3/3).

Oleh karena itu, setiap orang terutama orang tua diminta untuk dapat memilih prosedur sunat yang baik dan aman untuk anak. Prosedur yang tidak tepat dapat berisiko merusak penis dan juga kesehatan anak di masa depan.

Menurut Arry, prosedur sunat yang baik dan aman adalah prosedur yang dilakukan dengan teknik standar atau dikenal juga dengan konvensional dan dilakukan oleh orang yang terlatih.

"Harus dilakukan dengan tindakan atau teknik konvensional. Artinya, harus tahu bagian mana yang dipotong dan tidak mencederai bagian yang tidak dipotong dan menggunakan alat-alat yang steril," kata Arry.

Menurut Arry, teknik konvensional ini menjadi standar tindakan medis sirkumsisi di seluruh dunia.

Berikut cara sunat yang paling aman dan baik dengan teknik konvensional.

1. Pemeriksaan fisik

Sebelum dilakukan tindakan, petugas harus menanyakan terlebih dahulu pada orang yang bersangkutan atau orang tua mengenai kondisi penis dan juga riwayat penyakit terdahulu.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara memeriksa kondisi umum anak atau orang yang akan disunat dan juga pemeriksaan lokal di area penis.

"Dokter atau petugas harus memeriksa adanya kontraindikasi atau kelainan pada penis seperti penis bengkok, terpelintir, gangguan perdarahan, maka harus dilakukan sunat dengan prosedur bedah yang berbeda. Tidak bisa dengan cara konvensional. Harus dibawa ke dokter," kata Arry.

Jika tidak ada kontraindikasi, maka boleh disunat dengan prosedur konvensional.

2. Anestesi

Sebelum disunat, anak atau orang yang akan disunat harus dibius atau anestesi agar tidak merasakan sakit saat tindakan dilakukan.

3. Tindakan sirkumsisi

Setelah 3-5 menit pemberian bius, tindakan sirkumsisi boleh dilakukan dengan menggunting bagian kulit yang akan dibuang.

"Bagian ini harus diperhatikan dengan baik sehingga hanya bisa dilakukan oleh orang yang ahli," ucap Arry.

4. Kontrol perdarahan

Setelah tindakan, umumnya terjadi perdarahan pada area yang dipotong. Oleh karena itu, petugas harus dapat mengontrol perdarahan dengan baik seperti menggunakan jahitan.

5. Pascatindakan

Setelah tindakan sirkumsisi dilakukan, petugas juga harus memeriksa keadaan untuk memastikan tak ada infeksi lanjutan hingga penis benar-benar pulih dari luka pasca tindakan.

Sementara itu, tindakan sirkumsisi lain seperti guillotine atau seperti dipancung, teknik klem, dan laser menggunakan listrik tidak direkomendasikan karena berbahaya bagi penis.

"Teknik lain dapat meningkatkan risiko infeksi dan amputasi sehingga seluruh bagian penis bisa terpotong dan tidak bisa diperbaiki kembali. Sangat berisiko," kata Arry.

Untuk melakukan cara sunat yang baik dan aman ini lakukan prosedur pada petugas yang sudah ahli dan terlatih serta mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan.(fem/cnn)